🎟️ Cara Membuat Jenang Kudus Mubarok
Denganperkembangan teknologi saat ini, PT Mubarok Kudus juga melayani penjualan secara online. 4. Pesaing Dalam tahap pemasarnnya perusahaan jenang Mubarok banyak menghadapi kendala, salah satunya adalah ada produk lain yang menggunakan nama vip (huruf kecil) Mubarok, Al Mubarok, Mubarokatin atau Mubarokatun.
Perusahaanini didirikan pada 1915 oleh Hj. Alawiyah. Dia boleh disebut perintis pembuatan makanan dengan bahan baku tepung ketan, gula pasir, gula Jawa dan santan kelapa. Jenis makanan ini di kemudian hari dikenal dengan nama jenang. Produksi awalnya sekitar 35 kg per hari. Semuanya dijual sendiri di pasar Kudus. Mulanya, memang tanpa merek.
Menyusunprofil tekstur pada sampel jenang Kudus “Mubarok” dan dodol Garut “Winda” dengan spiderweb. 29 b. Cara Kerja. Panelis menerima 1 set sampel pengujian tekstur. Mengisi identitas pada borang. Menetralkan indera pengecap dengan air
Kudusidentik dengan jenang, dan sekarang kita bisa mengetahui sejarah jenang di kudus, bagaimana cara membuatnya, dulu awal adanya jenang di kudus, sampai kita juga bisa beli jenang di tokonya langsung. Selengkapnya. Di lantai dua, ada beberapa sejarah pembuatan jenang mubarok kudus. Selengkapnya. Ditulis pada 17 Juni 2019.
JenangKudus adalah makanan sejenis dodol Garut yang berasal dari Kudus, Jawa Tengah.Jenang Kudus merupakan oleh-oleh khas dari Kudus. Jenang ini biasanya dijual dalam potongan-potongan kecil, biasanya dibungkus dengan plastik, dan dimasukkan ke dalam kemasan dus atau mika plastik. Di Kudus, ada ratusan industri rumahan pembuat jenang
Akhirnyaketika ke Kudus, saya pun berharap bisa ke Kudus lagi dan menulis tentang pengalaman berkunjung ke Museum Jenang Kudus bagi teman-teman semua. Museum ini menyatu dengan toko jenang terkenal di Kudus yakni Mubarok. Lokasi Museum Jenang ini sangat strategis karena berada di Jalan Sunan Muria Glantengan, Kecamatan
Jenanggrendul kerap menjadi satu pilihan makanan untuk berbuka puasa bagi orang jogja karena rasa dan tekstur yang ditawarkan. Jadi resep cara membuat jenang ketan jawa timur yang lezat kali ini saya jamin akan menghasilkan rasa yang lezat dan pasti cara membuatnya yang praktis. Resep Cara Membuat Jenang Grendul Asli Jawa Timur Jenang
MuseumJenang yang dibangun oleh MUBAROKFOOD menceritakan tentang sejarah berdirinya JENANG KUDUS MUBAROK, mulai dari perkembangan generasi ke generasi, gambaran bagaimana cara membuat jenang, perlengkapan yang digunakan dari masa ke masa, maupun jenis kemasan yang digunakan. Foto Instagram @museum_jenang_mubarok
JenangMubarok Andalan UMKM Kudus yang Sukses Go International. Kabupaten Kudus Jawa Tengah awalnya dikenal sebagai kota kretek, karena telah berdiri perusahaan rokok terbesar di Indoensia, pemiliknya juga dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia pada tahun 2016 dan 2017. Lambat laun seiring dengan perkembangan waktu, predikat Kota Kudus
PemanfaatanLimbah Kayu Sebagai Bahan Utama Membuat. Sangkar Burung Sekaligus Mengurangi Pemanasan Global Di. Zakki Mubarok PKMK. PERTANIAN BOGOR. 160 INSTITUT. PERTANIAN STIPER. 161 INSTITUT. PERTANIAN STIPER. Kudus. STIKES Ngudia. Husada Madura. STIKES Ngudia. Husada Madura. STIKES PATRIA. HUSADA.
JenangKudus MUBAROK Jenang Mubarok, adalah cikal-bakal pembuat jenang di Kudus Dengan bahan baku tepung beras ketan, gula pasir, gula kelapa, santan kelapa, lemak nabati Hubungi CS Kami 085 100 5 999 85
Kamibebas melihat cara pembuatan tahu. Betul2 higienis. Semua peralatan dari stainless steel, dari alas tahu, stempel/merk “ B” juga pengepres tahu. Menurut cerita, Jenang Kudus Mubarok yang lahir pada 1910 sekarang ini merupakan generasi ke tiga. Sudah berpuluh jenis jenang diproduksi,jenang dengan aneka rasa, ada pula jenang yang isi
0CsW. Kudus selain memiliki Masjid Menara Kudus yang masyhur, juga memiliki nama besar di bidang kuliner. Jenang telah identik dengan Kudus, sehingga berkunjung ke Kudus tak lengkap bila tak membawa buah tangan berupa jenang. Jenang sendiri sebagai oleh-oleh khas Kudus banyak dijumpai di daerah yang berjuluk Kota Kretek itu. Namun, jenang paling terkenal adalah jenang merek Mubarok yang disebut-sebut sebagai pelopor jenang di Kudus. Mubarok-lah yang membawa jenang Kudus dikenal dan bahkan boleh dibilang telah go national. Jenang Kudus merek Mubarok telah menempuh perjalanan yang tidak pendek alias telah melewati masa tempuh yang cukup panjang. Sejarah perjalanan panjang jenang Kudus, terutama merek Mubarok itu, dapat ditelisik di Museum Jenang yang terletak di Jalan Sunan Muria 33, Kota Kudus, Kudus. Museum Jenang didirikan oleh PT Mubarokfood Cipta Delicia—perusahaan yang memproduksi jenang merek Mubarok—sebagai tempat untuk mengenalkan produk jenang dan sejarahnya kepada khalayak luas. Museum Jenang digagas tepat pada momentun jenang merek Mubarok berusia satu abad, yaitu pada 2010. Meski baru tujuh tahun kemudian, yaitu pada 24 Mei 2017, gagasan itu terealisasi dan Museum Jenang—sebagai museum jenang pertama dan satu-satunya di Indonesia, diresmikan. Sejarah Jenang Kudus Bangunan dua lantai itu dibagi dalam dua bagian. Bangunan bawah adalah gerai Mubarok Food yang menyediakan produk jenang Kudus merek Mubarok dengan berbagai varian rasa, beserta pilihan aneka produk oleh-oleh lainnya. Adapun Museum Jenang menempati lantai dua. Begitu naik tangga dan masuk ke ruang museum, kita akan disambut oleh interior ruangan yang klasik dan memikat. Segera di ruangan ini kita disuguhi sebuah informasi yang disematkan pada sebuah papan kayu yang dibuat artistik yang berisi sekilas riwayat asal-usul jenang Kudus. Dari sini kita menjadi tahu bahwa entitas jenang Kudus sudah ada sejak beratus tahun lampau dan berkait erat dengan sosok Sunan Kudus. Intisari tulisan itu dapat sebutkan, asal-usul jenang Kudus berawal ketika cucu Mbah Denok Soponyono sedang bermain burung merpati di tepi sungai, lalu tercebur dan hanyut. Anak tersebut ditolong oleh warga. Saat itu, melintaslah Sunan Kudus dan muridnya, Syekh Jangkung, dan menghampiri warga yang sedang berkerumun. Replika patung orang sedang mengaduk jenang/Badiatul Muchlisin Asti Sunan Kudus berkesimpulan bahwa anak tersebut sudah mati. Namun Syekh Jangkung mengatakan bahwa anak tersebut hanya mati suri. Untuk membangunkannya, Syekh Jangkung meminta para ibu untuk membuat jenang. Dari situlah kemudian Sunan Kudus berucap, “Suk nek ono rejaning jaman, wong Kaliputu uripe seko jenang.” Artinya, suatu saat kelak sumber kehidupan warga Desa Kaliputu berasal dari usaha pembuatan jenang. Dari legenda itulah, produksi jenang Kudus di Desa Kaliputu, Kecamatan Kota Kudus, kemudian berkembang hingga sekarang. Bahkan sebagai bentuk rasa syukur atas berkah usaha jenang, setiap tanggal 1 Muharram digelar Kirab Tebokan atau disebut juga Arak-arakan Jenang. Di museum itu juga digambarkan tentang proses pembuatan jenang melalui patung orang yang sedang mengaduk jenang. Berbagai alat membuat jenang yang dulu dipakai untuk membuat jenang juga di-display, sehingga bisa mengantarkan imaji pengunjung pada proses pembuatan jenang dari masa ke masa. Misalnya ada mesin parut kelapa; mesin peras kelapa; alat susuk, alu penumbuk dan tebok tempat jenang; lumpang; mesin mixer pengolahan jenang; dan mesin inkjet printing/labeling. Dipajang pula potret pendiri dan pengelola jenang Kudus merek Mubarok dari generasi ke generasi, yang hingga sekarang telah memasuki generasi ketiga. Dimulai perintis pertama jenang Mubarok, pasangan H. Mabruri dan Hj. Alawiyah sejak tahun 1910 hingga tahun 1940. Lalu diteruskan generasi kedua, pasangan Sochib dan Hj. Istifaiyah sejak tahun 1940 hingga tahun 1992. Lalu generasi ketiga, pasangan H. Muhammad Hilmy, SE dan Hj. Nujumullaily, SE sejak tahun 1992 hingga sekarang. Diorama Pasar Bubar tahun 1930-an tempat jenang Mubarok dipasarkan pertama kali dari tangan ke tangan/Badiatul Muchlisin Asti Di Museum Jenang juga dihadirkan diorama Pasar Bubar—tempat dulu generasi pertama jenang Mubarok memasarkan jenangnya dari tangan ke tangan pada sekitar tahun 1930-an. Pasar Bubar dulu terletak di sekitar Masjid Menara Kudus yang kini telah beralih wahana menjadi area parkir dan taman Menara Kudus. Dengan melihat diorama Pasar Bubar, pengunjung dapat melihat proses transaksi dan cara penjualan jenang di masa itu. Tak Sekadar Soal Jenang Namun Museum Jenang tak hanya soal jenang. Museum juga menggambarkan sejarah Kudus pada umumnya. Di mulai dari adanya desain bangunan nan eksotik berupa tembok pagar keliling yang dibuat dari batu bata merah, yang mengingatkan pada gaya bangunan kerajaan Jawa kuno. Lalu di bagian tengahnya terdapat replika Menara Kudus dengan dimensi tinggi sekira 6 meter. Juga terdapat miniatur Masjid Menara Kudus dan kompleks makam Sunan Kudus. Replika Menara Kudus dengan tinggi sekira 6 meter/Badiatul Muchlisin Asti Ada pula Rumah Adat Kudus di Museum Jenang. Rumah adat Kudus yang biasa disebut dengan istilah “joglo Kudus” ini merupakan salah satu rumah tradisional masyarakat Kudus. Rumah adat ini juga lazim disebut “atap pencu” dengan model bangunan yang didominasi seni ukir khas Kudus dan mencerminkan secara padu akulturasi budaya Jawa Hindu, Persia Islam, Cina Tionghoa, dan Eropa Belanda. Rumah adat Kudus yang disebut juga joglo Kudus/Badiatul Muchlisin Asti Lebih jauh lagi, museum juga menampilan foto Bupati Kudus dari masa ke masa yang dipasang secara berjajar. Juga dipajang beberapa foto Bupati Kudus tempo dulu dalam berbagai fragmen, seperti foto Bupati Kudus saat berpose dengan Bupati Demak tahun 1868, foto Bupati Kudus Raden Mas Toemenggoeng Tjondronegoro bersama saudara-saudaranya tahun 1867, foto Bupati Kudus Raden Panji Toemenggoeng Hadinoto dan keluarganya di Pendopo Kabupaten tahun 1924, Bupati Kudus Raden Panjie Toemenggoeng Hadinotodan pejabat Belanda di Pendopo Kabupaten tahun 1925, dan banyak lagi. Potret Bupati Kudus dari masa ke masa/Badiatul Muchlisin Asti Museum juga menampilkan berbagai potret tokoh kretek Kudus Niti Semito dan berbagai potret Kudus tempo dulu, seperti Jembatan Kereta Api di Tanggulangin tahun 1900, Interior Pendopo Kabupaten Kudus tahun 1923, Stasiun Kereta Api Tahun 1936, Kantor Polisi Kudus tahun 1928, Alun-alun Kudus Tahun 1936, Petugas Telkom Kudus tahun 1938, dan potret lawas lainnya. Ruang Gusjigang dan Pesan Persaudaraan Selain menampilkan sejarah jenang dari masa ke masa dan sejarah Kudus melalui pekbagai replika, diorama, dan potret, di Museum Jenang juga terdapat ruang khusus yang dinamakan Ruang Gusjigang atau Gusjigang X-Building. Pengunjung Museum Jenang langsung bisa masuk dan mengeksplorasi berbagai spot yang ditampilkan di ruang ini. Di antaranya, di ruang ini pengunjung dapat membaca kilas biografi/sejarah tokoh ulama Kudus dan pengusaha masa lalu Kudus di antaranya biografi Sunan Kudus, Sunan Muria, Kiai Telingsing, KH. Raden Asnawi, KH. M. Arwani Amin, KH. Turaichan Adjhuri, RMP. Sosrokartono, Nitisemito, H. Djamhari, dan lain sebagainya. Selain itu ditampilkan pula berbagai literasi dan puisi tentang Gusjigang karya penyair nasional maupun lokal Kudus, antara lain puisi karya KH. Mustofa Bisri Gus Mus, Lukman Hakim Saifuddin Menag RI 2014 – 2019, Emha Ainun Nadjib, Habib Anis Soleh Ba’asyin, Sosiawan Leak, Jumari HS, Mukti Sutarman SP, Nur Said EL-Qudsy, Shofiyan Hadi, Bin Subiyanto, Hasan Elmore, Lily Hilmy, dan lainnya. Omah Kapal yang dibangun pada tahun 1930-an dan pernah menjadi landmark Kota Kudus/Badiatul Muchlisin Asti Di Ruang Gusjigang juga terdapat Ruang Galeri Al-Quran dan Asmaul Husna, Omah Kembar dan Pesawat Fokker Nitisemito, Omah Kapal, dan Ruang Trilogi Ukhuwah. Di Ruang Trilogi Ukhuwah pengunjung dapat menyelami pesan-pesan persaudaraan, utamanya dalam konteks dua ormas Islam terbesar di Indonesia, yaitu NU dan Muhammadiyah. Keduanya disebut-sebut sebagai dua kekuatan terbesar Islam Indonesia yang harus bergandengan tangan untuk membangun Indonesia. Apalagi mengingat kedua ormas tersebut didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari NU dan KH. Ahmad Dahlan Muhammadiyah, yang keduanya pernah menimba ilmu pada guru yang sama atau tunggal guru, sehingga tidak ada alasan untuk tidak bersatu dan bergandengan tangan. Trilogi Ukhuwah sendiri mengandung tiga pesan persaudaraan meliputi ukhuwah Islamiyah persaudaraan antar sesama muslim, ukhuwah wathoniyah ikatan kebangsaan, dan ukhuwah basyariyah ikatan kemanusiaan. Ketiga persaudaraan itulah pondasi penting dalam membangun negeri dan menguatkan NKRI. Gusjigang sendiri yang menjadi nama bagi ruang ini merupakan falsafah masyarakat Kudus sebagai local wisdom dan local culture serta ajaran moral kehidupan warisan Sunan Kudus. Spirit Gusjigang terdapat dalam akronim Gusjigang yaitu baGUS akhlaknya spiritual, pinter ngaJI intelektual, dan terampil daGANG entrepreneurship. Melalui filosofi inilah Sunan Kudus menuntun para pengikutnya dan masyarakat Kudus menjadi orang-orang yang memiliki kepribadian yang bagus, tekun mengaji, dan mau berusaha atau berdagang. Sangat menarik bukan? Jadi, bila ke Kudus, jangan lupa mampir ke Museum Jenang. Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu. /Badiatul Muchlisin Asti Badiatul Muchlisin Asti Badiatul Muchlisin Asti Penulis lepas di media cetak dan online, menulis 60+ buku multitema, pendiri Rumah Pustaka BMA, dan penikmat sejarah kuliner tradisional Indonesia
Jenang Kudus Mubarok mungkin adalah satu dari empat hal yang popular tentang kota Kudus di Jawa Tengah. Pertama tentu Sunan Kudus sebagai salah satu dari Wali Sanga, sembilan wali yang yang melakukan syiar agama Islam di Jawa. Lalu ada Masjid Kudus beserta menaranya, ke tiga tentu industri rokok kretek. Jenang Kudus Mubarok Ke empat kalau bIcara soal Kudus, tentu soal jenangnya, khususnya Jenang Kudus Mubarok. Jenama ini telah berhasil membuat kota kretek itu begitu identik dengan kudapan tradisional yang mirip dodol ini. Lho, jenang atau dodol? Buat yang belum tahu, ada beda antara ke duanya. Memang, seperti dodol, jenang juga dibuat dari bahan dasar seperti tepung ketan, gula dan santan. Bedanya, dodol biasanya cenderung bertekstur kering. Sedangkan jenang cenderung lebih basah dan licin. Jenang Kudus Mubarok menjadi salah satu karakter kota Kudus, Jawa Tengah. Foto; Dok Jenang Mubarok Itu disebabkan oleh beda jenis lemak yang terdapat di kedua makanan tersebut. Pada jenang, terkandung jenis lemak nabati yang membuatnya terasa lembut dan berminyak. Sedangkan dodol mengandung lemak hewani yang membuatnya lebih kering. Tak banyak yang tahu secara pasti asal muasal terciptanya jenang di Kudus. Kebanyakan cerita yang berkembang biasanya berangkat dari mitos atau cerita rakyat. Seperti misalnya seorang murid Sunan Kudus yang mampu memakan bubur jenang dari gamping. Karena kejadian tersebut, Sunan Kudus bersabda suatu saat warga Kudus akan makmur dari usaha membuat jenang. Ada pula versi yang menyebutkan bahwa Sunan Kudus dan muridnya tersebut memberi makan bubur jenang gamping kepada seorang anak yang diyakini diganggu roh jahat. Lepas dari mitos dan cerita rakyat tersebut, jenang diyakini sudah jadi penganan asli Kudus sejak lebih dari 110 tahun yang lalu. Bahkan, setiap perayaan tahun baru Hijriyah pada tanggal 1 Muharam diadakan Kirab Jenang Tebokan sebagai simbol rasa syukur. Namun, boleh dikatakan jenang Kudus mulai meraih kepopuleran setelah mulai dijajakan untuk umum pada sekitar tahun 1910. Sang perintis adalah Hj. Alawiyah, warga desa Kaliputu yang dipercaya sebagai daerah asal jenang Kudus pertama kali muncul. Dulu, ia mencoba menjual jenang buatannya di area Pasar Kudus saat itu, yang sekarang beralih fungsi menjadi lahan parkir pengunjung Masjid Menara Kudus dan makam Sunan Kudus. Sehari-harinya ia dibantu suaminya, H. Mabruri dalam mengelola bisnis ini. Selepas berpulangnya Hj. Alawiyah, bisnis kemudian dilanjutkan oleh sang anak H. Achmad Shochib. Saat itu, jenang buatan mereka dikenal dengan jenama Sinar Tiga Tiga. Dinamakan demikian karena alamat rumah produksi berada di jalan Sunan Muria nomor 33 pada saat itu. Perlahan, jenang Kudus pun sudah mulai terkenal dan banyak jenama baru yang bermunculan. Kebanyakan pun meniru format jenang Sinar Tiga Tiga yang dibungkus plastik dan dikemas dalam kertas. Berat kemasan tersebut sekitar 0,25 kg, sehingga kerap dipanggil sebagai jenang prapatan. Prapatan dari kata seprapat yang artinya seperempat. Untuk mengatasi persaingan yang makin ketat, pada 1975 Sinar Tiga Tiga meluncurkan tiga merk baru Mabrur, Viva dan Mubarok. Ternyata, merek Mubarok yang melejit menjadi paling populer kala itu. Mereka juga berinovasi dengan cara diversifikasi produk. Jenang rasa coklat dan melon pun diperkenalkan pada tahun yang sama. Lalu beberapa tahun setelahnya diluncurkan pula rasa mocca. Pada 1992 bisnis jenang Kudus Mubarok dilanjutkan oleh anak H. Achmad Shochib, yakni H. Muhammad Hilmy yang menjadi generasi ketiga. Nama perusahaan pun berubah menjadi CV Mubarokfood Cipta Delicia, dengan Mubarok sebagai jenama utamanya. Kendati sudah beralih dari bisnis UMKM menjadi perusahaan berskala besar, nyatanya Jenang Kudus Mubarok tetap mempertahankan cara pembuatan jenang secara tradisional. Adonan tepung ketan, santan dan gula yang digunakan untuk membuat jenang masih dimasak dengan kayu bakar. Alasan tetap dipertahankannya cara tradisional ini agar adonan dapat dimasak secara lebih merata. Setelah dimasak selama lima jam, adonan kemudian didinginkan selama sehari agar tidak mengembun ketika dikemas dan lebih tahan lama. Jenang Kudus Mubarok dijual dalam beberapa jenis kemasan, dari yang kecil, besar sampai yang di dalam toples. Jenang kemasan kecil dihargai Rp 22,5 ribu, sedangkan kemasan besar dan toples harganya Rp 45 ribu. Jenang Kudus Mubarok terus melakukan publikasi dan pemasaran meskipun sudah menguasai pasar. Foto Jenang Mubarok Uniknya, meski Mubarok sudah popular, jenama lama seperti Sinar TIga Tiga, Mabrur dan Viva juga masih tersedia. Bahkan pelancong masih bisa membeli jenang Sinar Tiga Tiga dengan kemasan dari kertas dan ukuran menyerupai aslinya, seharga Rp 10,5 ribu. Tersedia pula jenama baru lainnya seperti Jawa Rasa, Baginda dan Semesta yang dikemas dalam plastik. Selain itu, terdapat berbagai pilihan rasa seperti coklat, susu, cocopandan, anggur, strawberry, durian, mocca, cappuccino, melon, nanas dan juga campuran dalam satu kemasan. Selain produk jenang, mereka kini juga berinovasi dengan menawarkan ragam produk penganan lain seperti dodol dengan merek seperti Citra Persada dan Claszeto, serta kurma berlapis coklat Al Madina. Dengan banyaknya pilihan produk yang tersedia, tak heran jika mereka menjadi penguasa pasar jenang dan menjadi ikon kota Kudus. Mereka menguasai produk jenang Kudus hingga 50 persen lebih. Produk-produk mereka pun sudah diekspor ke negara-negara seperti Singapura, Malaysia, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Jepang dan Hong Kong. Jenang Kudus Mubarok juga mendirikan Museum Jenang. Foto Mubarokfood Tak hanya itu, mereka kini juga mendirikan Museum Jenang Kudus sebagai salah satu spot wisata baru. Di sini pelancong dapat belajar tentang sejarah kota Kudus, serta sejarah produksi jenang dan rokok kretek yang menjadi simbol kota tersebut. Museum ini terletak di rumah produksi dan gerai utama Jenang Mubarok. Tokonya sendiri buka setiap hari dari jam hingga Untuk info lebih lanjut dapat menghubungi 0291 432633, 0291 432606 atau via email di info serta bisa mengakses situs resmi Jenang Mubarok & Museum Jenang Kudus Jl. Sunan Muria no. 33, Kudus agendaIndonesia/Audha Alief P *****
Kudus - Berawal dari camilan keluarga, Jenang Mubarok kini jadi salah satu produsen dodol Kudus legendaris sejak 110 tahun ke kota Kudus di Jawa Tengah, rasanya tak lengkap jika tidak mencicipi jenang yaitu dodol manis khas sana. Bahkan kini tersedia museum menarik yang mengulas tentang sejarah jenang di kota Juga Ke Kudus, Jangan Lupa Beli Jenang dan Mampir ke Museumnya Ya! Lewat sesi Instagram Live Ngintipkuliner yang digagas oleh pakar kuliner William Wongso, beliau mengajak orang-orang untuk mengenal lebih jauh tentang jenang Kudus dari Mubarok Kudus Foto Instagram Jenang MubarokBersama akun kangenmasakanrumah, di sesi Instagram Live ini mereka berkunjung ke pabrik jenang punya Jenang Mubarok Kudus."Jenang itu sejenis dodol yang dibuat dari tepung ketan dengan gula lalu dimasak. Kali ini kita mau melihat proses pembuatan jenang dari Jenang Mubarok Kudus," jelas Mubarok sendiri sudah eksis sejak tahun 110 tahun. Kini produsen jenang legendaris itu dijalani oleh generasi ketiga, tetap dengan menggunakan resep dan bahan-bahan tradisional."Jenang Mubarok Kudus sudah diekspor ke berbagai negara. Selain mengolah jenang, kami juga mendirikan museum jenang dari tahun 2017 lalu. Tujuannya untuk melestarikan jenang serta budaya dan sejarah di Kudus," jelas Kirom, selaku salah satu perwakilan dari Jenang Mubarok Kudus Foto Instagram Jenang MubarokBerbeda dengan jenang lainnya, jenang buatan Mubarok sudah berskala besar. Di tengah pandemi ini mereka menerapkan protokol kesehatan."Kami ini dulu hanya UKM kecil tapi sekarang luar biasa. Untuk bahan utamanya kami menggunakan tepung beras ketan, kelapa dan nira tebu untuk gulanya. Selain itu semua jenang masih dimasak menggunakan kayu bakar selama lima jam," lanjut tanpa alasan mengapa pabrik Jenang Mubarok masih menggunakan kayu bakar. Selama tiga generasi memang ada sedikit peribahan. Seperti penggunaan mesin di generasi ketiga. Namun mereka masih menggunakan kayu bakar sebagai sumber Mubarok Kudus Foto Instagram Jenang Mubarok"Jadi jenang cara mengolahnya ada beberapa tahapan. Dari pemanasan gula, santan kelapa dan tepung beras ketan. Lalu kayu bakar dipilih karena membuat kami lebih mudah mengontrolnya," ungkap itu kayu bakar juga memiliki suhu panas yang lebih merata. Sementara jika menggunakan panas dari kompor suhunya hanya terpaku pada satu titik, sehingga risiko adonan jenang yang gosong lebih tinggi."Setelah adonan dimasak selama 5 jam, baru dimasukkan ke ruangan khusus. Setiap wajan bisa menampung 40 kg adonan. Di sana adonan didiamkan selama sehari penuh. Tujuannya agar ketika dikemas, jenang tidak berembun dan lebih tahan lama tak mudah basi," sambung ditanya perbedaan antara jenang dan dodol, Kirom menjawab bahwa secara keseluruhan komposisi bahan yang digunakan cukup sama. Perbedaannya hanya terletak pada cenderung lebih lembut dan sedikit basah karena menggunakan lemak nabati. Sementara dodol teksturnya lebih kering karena menggunakan lemak Mubarok Kudus Foto Instagram Jenang Mubarok"Menurut sejarah turun temurun, jenang ini merupakan makanan para raja di Kudus sejak dulu. Setiap satu Muharam ada namanya acara Kirab Jenang. Jadi sampai sekarang diyakini bahwa jenang ini memang makanan asli dari tanah Kudus. Serta tidak memiliki pengaruh dari kuliner lain," pungkas Jenang Mubarok rasanya ada bermacam-macam, mulai dari cappuccino, moka hingga durian. Semua varian ini bisa dibeli langsung di toko online dan di situs resmi Jenang Juga Pulang Kampung ke Jawa Tengah Bisa Jajan Jenang hingga Brem Enak Simak Video "Jenang Sumsum, Makanan Lezat yang Punya Makna " [GambasVideo 20detik] sob/odi
cara membuat jenang kudus mubarok